Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir Indonesia

BEBERAPA kiai NU belakangan ini mengaku didatangi aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Para aktivis HTI itu selain membagikan brosur juga mengajak kiai masuk kelompok mereka. Diantara kiai itu adalah KH Ahmad Muhammad Alhammad, pengasuh pesantren Qomaruddin Bungah Gresik.
“Saya katakan kepadamereka, saya ini NU, tak mungkin ikut paham sampean,” kata Yai Mad -panggilan kiai berparas teduh itu – kepada sejumlah tamunya suatu ketika.
“Brosur-brosurnya ada tapi tidak saya baca,” tuturnya lagi.

Pengurus NU di berbagai daerah, termasuk PWNU Jawa Timur, juga mengaku sering mendapat pengaduan dari warga NU soal aktivis HTI yang berusaha mempengaruhi warga nahdliyin. Bahkan dalam Munas dan Mubes NU di Asrama Haji Sukolilo Surabaya tempo hari para aktvis HTI masuk ke kamar-kamar peserta membagikan selebaran. Jargon mereka – seperti biasa -khalifah sebagai solusi. Belum lagi beberapa masjid NU yang jadi sasaran mereka.Karuan saja banyak kiai penasaran.

Gerakan apa sebenarnya HTI? Bagaimana asal-usulnya?

Berikut wawancara HARIAN BANGSA dengan KH Imam Ghazai Said, MA, cendekiawan muslim yang banyak mengamati gerakan Islam radikal. Pengasuh pesantren mahasiswa An-Nur Wonocolo ini memang sangat paham soal berbagai gerakan Islam, terutama yang berasal dari Timur Tengah. Ia juga banyak menulis dan mengoleksi literatur Islam aliran keras, juga bertahun-tahun studi di Timur Tengah. Mendapat gelar S-1- di Universitas Al-Azhar Mesir dan sedang S-2 di Hartoum International Institute Sudan. Ia melanjutkan ke S-3 di Kairo University Mesir. Kini intelektual muslim ini aktif sebagai Rois Syuriah PCNU Surabaya dan dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya.

—————-

Bisa Anda jelaskan bagaimana sejarah gerakan Islam aliran keras yang
belakangan menjadi perhatian para kiai NU?

Sebenarnya kelompok besarnya itu Ikhwanul Muslimin yang pusatnya di Ismailiah, Mesir. Organisasi ini berdiri pada 1928, dua tahun setelah NUberdiri, NU kan berdiri 1926. Pendiri Ikhwanul Muslimin Syaikh Hasan Al-Banna. Menurut saya, pemikiran Syaikh Hasan Al-Banna ini moderat. Dia berusaha mengakomodasi kelompok salafy yang wahabi, merangkul kelompok tradisional yang mungkin perilaku keagamaannya sama dengan NU dan juga merangkul kelompok pembaharu yang dipengaruhi oleh Muhammad Abduh. Syaikh Al-Banna menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin itu harkah islamiyah, sunniyah,salafiyah, jadi diakomodasi semua, sehingga ikhwanul muslimin menjadi besar.
Dalam Ikhwanul Muslimin ada lembaga bernama Tandhimul Jihad. Yaitu institusijihad dalam struktur Ikhwanul Muslimin yang sangat rahasia. Kader yang berada dalam Tandhimul Jihad ini dilatih militer betul, doktrinnya pakai kesetiaan seperti tarikat kepada mursyid. Ini dibawah komando langsung Ikhwanul Muslimin. Para militer atau milisi ini menarik kelompok-kelompoksekuler yang ingin belajar tentang disiplin militer. Nasser (Gammal Nasser, red) dan Sadat (Anwar Sadat, red) juga belajar pada Tandhimul Jihad ini.

Apa Nasser dan Sadat yang kemudian jadi presiden Mesir itu bagian dari Ikhwanul Muslimin?

Mereka bagian dari militernya, bukan dari ideologi Ikhwanul Muslimin. Jadi mereka belajar aspek militernya. Ketika pada 1948 Israel mempermaklumkan sebagai negara maka terjadi perang. Nah, Tandhimul Jihad ini ikut perang,dan kelompok ini yang punya prakarsa-prakarsa. Waktu itu Mesir kan masih dibawah kerajaan Raja Faruk dan sistemnya masih perdana menteri, Nugrasi. Tapi akhirnya Arab kalah dan Israel berdiri. Kemudian Tandhimul Jihad balik lagi ke Mesir. Nah, dalam kelompok ini ada Taqiuddin Nabhani yang kemudian mendirikan Hizbut Tahrir.

Jadi Taqiuddin itu awalnya bagian dari IkhwanulMuslimin. Namun antara Hasan Al-Banna dan Taqiuddin ini kemudian terjadiperbedaan. Hasan Al-Banna berprinsip kita terus melakukan perjuangan dan memperbaiki sumber daya manusia. Sedang Taqiuddin bersikukuh agar terus melakukan perjuangan bersenjata, militer.

Taqiuddin berpendapat kekalahanArab atau Islam karena dijajah oleh sistem politik demokrasi dan nasionalisme. Sedang Hasan Al-Banna berpendapat sebaliknya. Menurut dia, tidak masalah umat Islam menerima sistem demokrasi dan nasionalisme, yang penting kehidupan syariat Islam berjalan dalam suatu negara.Pada 1949 Hasan Al-Banna meninggal karena ditembak agen pemerintah dandianggap syahid. Sedang Taqiuddin terus berkampanye di kelompoknya di Syria, Libanon dan Yordania.Kemudian Tandhimul Jihad diambil alih Sayid Qutub, ideolognya IkhwanulMuslimin. Ia dikenal sebagai sastrawan dan penulis produktif, termasuktafsir yang banyak dibaca oleh kita di Indonesia. Nah, Sayid Qutub ini mendatangi Taqiuddin agar secara ideologi tetap di Ikhwanul Muslimin. Tapi Taqiuddin tidak mau karena ia beranggapan bahwa Ikhwanul Muslimin sudah masuk lingkaran jahiliyah. Ya, itu menurut Taqiuddin hanya gara-gara Ikhwanul Muslimin menerima nasionalisme. Akhirnya Taqiuddin mendirikanHizbut Tahrir. Artinya, partai pembebasan. Maksudnya, pembebasan kaummuslimin dari cengkraman Barat dan dalam jangka dekat membebaskan Palestina dari Israel. Itu pada mulanya.

Ia mengonsep ideologi khilafah Islamiyah.Lantas?

Nah, karena ia berideologi khilafah Islamiyah, sementara di negaranyasendiri telah berdiri negara nasional, maka akhirnya berbeda dengan masyarakatnya. Di Lebanon, sudah berdiri negara nasionalis yang multi karenarakyatnya terdiri dari banyak agama, undang-undangnya sesuai jumlahpenduduknya, misalnya, presidennya, harus orang Kristen Maronit, Perdana Menterinya harus orang Islam Sunni, ketua parlemennya harus orang IslamSyiah. Di Syiria juga telah menjadi negara sosialis, begitu juga Yordaniatelah berdiri sebagai negara sesuai kondisi masyarakatnya.Akhirnya Hizbut Tahrir itu menjadi organisasi terlarang (OT) di negara asal berdirinya. Karena ia menganggap nasionalisme itu sebagai jahiliah modern.Namun meski menjadi organisasi terlarang Hizbut Tahrir tetap bekerja danmenyusup ke tentara, ke berbagai organisasi profesi dan masuk juga ke parlemen.

Hizbut Tahrir masuk ke partai politik dengan menyembunyikan identitasnya. Dari situlah kemudian terjadi upaya-upaya untuk melakukan kudeta terhadap pemerintah yang sah pada jaman Raja Husen. Sehingga sebagian anggota Hizbut Tahrir diajukan ke pengadilan dan dihukum mati. Sampai sekarang Hizbut Tahrir masih jadi organisasi terlarang di Yordania.

Bagaimana sejarahnya sampai ke Indonesia?

Mereka mengembangkan ke sini melalui mahasiswa yang belajar di Mesir. Pola ikhwan dikembangkan, pola Salafy dan pola Hizbut Tahrir dikembangkan. Tapiantara Ikhwan, Salafy dan Hizbut Tahrir secara ideologi bertemu, ada kesamaan. Mereka sama-sama ingin menerapkan formalisasi syariat Islam. Hanya bedanya, kalau Salafy cenderung ke peribadatan, atau dalam bahasa lain mengislamkan orang Islam, karena dianggap belum Islam. Dan target utamanyaNU karena dianggap sarangnya bid’ah.ha.ha.ha.. Bisa saja kelompok Salafy, Hizbut Tahrir dan Ikwanul Muslimin membantah, tapi saya tahu karena sayatelah berkumpul dengan mereka.

Kalau Ikhwanul Muslimin?

Sama. Kelompok Ikhwanul Muslimin, menjadikan NU sebagai target. Mereka bergerak lewat mahasiswanya yang dinamakan usrah (keluarga). Usrah ini minimal 7 orang, dan maksimal 10 orang. Ini ada amirnya dan amir inilah yang bertanggungjawab terhadap kelompok. Bagaimana mengatasi kebutuhan kehidupan sehari-hari terpenuhi, misalnya kalau ada anggota yang kesulitan bayar SPP.
Jadi mereka tak hanya bergerak di bidang politik, tapi juga bidang-bidang lain. Nah, kelompok inilah yang kemudian menamakan diri sebagai Tarbiyah yang bermarkas di kampus-kampus seperti Unesa dan sebagainya.

Kelompok Tarbiyah inilah yang menjadi cikal bakal PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Mereka umumnya alumni Mesir, Syiria atau Saudi. Kelompok ini masih agak moderat karena masih mau menerima negara nasional. Tapi substansi perjuangan formalisasi syariat sama dengan Hizbut Tahrir atau Salafy.

Kalau dalam ideologi khilafah Islamiyah?

Hizbut Tahrir katemu dengan Salafy dan Ikhwanul Muslimin dalam soal formalisasi syariat. Tapi dari segi sistem khilafahnya tidak ketemu. Sebab khilafah Islamiyah itu dianggap utopia. Misalnya bagaimana denganya sistem Syuronya, apakah meniru sistem Turki Utsmani yang diktator atau Umayah, itu masih problem. Tapi bagi Hizbut Tahrir yang penting khilafah Islamiyah.

Apa saja program Hizbut Tahrir?

Mereka sampai kini punya konstitusi yang terdiri dari 187 pasal. Dalam konstitusi ini ada program-program jangka pendek. Yaitu dalam jangka 13 tahun, menurut Taqiuddin, sejak berdiri 1953, Negara Arab itu sudah harus jadi sistem Islam dan sudah ada khalifah. Taqiuddin juga menarget, setelah 30 tahun dunia Islam sudah harus punya khalifah. Tapi kalau kita hitungsejak tahun 1953 sampai sekarang kan tidak teralisir.he..he..he.. Jadi utopia, tapi mereka masih semangat. Itu melalui orang Libanon. Namanya Abdurrahman Al-Baghdadi. Ia bermukim di Jakarta pada tahun 80-an.
Kemudian juga dibawa Mustofa bin Abdullah bin Nuh.Inilah yang mendidik tokoh-tokoh HTI di Indonesia seperti Ismail Yusanto, tokoh-tokoh Hizbut Tahrir sekarang. Tapi sebenarnya diantara mereka adafriksi. Karena tokoh-tokoh HTI yang sekarang merasa dilangkahi oleh IsmailYusanto ini.

Bagaimana gerakan mereka di Indonesia?

Ini anehnya. Di Indonesia mereka terus terang menganggap Pancasila jahiliah.
Nasionalisme bagi mereka jahiliah. Tapi reformasi kan memberi angin kepadakelompok-kelompok ini sehingga dibiarkan saja. Dan tidak ada dialog. Akhirnya mereka memanfaatkan institusi (seolah-olah) “mendukung” pemerintah untuk mempengaruhi MUI (Majelis Ulama Indonesia). Tapi mereka taqiah (menyembunyikan agenda perjuangan aslinya), sebab mereka menganggap Indonesia itu sebenarnya jahiliah. Taqiah itu ideologi Syiah tapi dipakaioleh mereka.

Lantas?

Nah, karena ia berideologi khilafah Islamiyah, sementara di negaranya sendiri telah berdiri negara nasional, maka akhirnya berbeda dengan masyarakatnya. Di Lebanon, sudah berdiri negara nasionalis yang multi karena rakyatnya terdiri dari banyak agama, undang-undangnya sesuai jumlah penduduknya, misalnya, presidennya, harus orang Kristen Maronit, Perdana Menterinya harus orang Islam Sunni, ketua parlemennya harus orang Islam Syiah. Di Syiria juga telah menjadi negara sosialis, begitu juga Yordania telah berdiri sebagai negara sesuai kondisi masyarakatnya.

Akhirnya Hizbut Tahrir itu menjadi organisasi terlarang (OT) di negara asal berdirinya. Karena ia menganggap nasionalisme itu sebagai jahiliah modern. Namun meski menjadi organisasi terlarang Hizbut Tahrir tetap bekerja dan menyusup ke tentara, ke berbagai organisasi profesi dan masuk juga ke
parlemen. Hizbut Tahrir masuk ke partai politik dengan menyembunyikan identitasnya.

Dari situlah kemudian terjadi upaya-upaya untuk melakukan kudeta terhadap pemerintah yang sah pada jaman Raja Husen. Sehingga sebagian anggota Hizbut Tahrir diajukan ke pengadilan dan dihukum mati. Sampai sekarang Hizbut Tahrir masih jadi organisasi terlarang di Yordania.
Bagaimana sejarahnya sampai ke Indonesia?
Mereka mengembangkan ke sini melalui mahasiswa yang belajar di Mesir. Pola ikhwan dikembangkan, pola Salafy dan pola Hizbut Tahrir dikembangkan. Tapi antara Ikhwan, Salafy dan Hizbut Tahrir secara ideologi bertemu, ada kesamaan. Mereka sama-sama ingin menerapkan formalisasi syariat Islam. Hanya bedanya, kalau Salafy cenderung ke peribadatan, atau dalam bahasa lain

mengislamkan orang Islam, karena dianggap belum Islam. Dan target utamanya NU karena dianggap sarangnya bid’ah.ha.ha.ha.. Bisa saja kelompok Salafy, Hizbut Tahrir dan Ikwanul Muslimin membantah, tapi saya tahu karena saya telah berkumpul dengan mereka.

Kalau Ikhwanul Muslimin?

Sama. Kelompok Ikhwanul Muslimin, menjadikan NU sebagai target. Mereka
bergerak lewat mahasiswanya yang dinamakan usrah (keluarga). Usrah ini
minimal 7 orang, dan maksimal 10 orang. Ini ada amirnya dan amir inilah yang
bertanggungjawab terhadap kelompok. Bagaimana mengatasi kebutuhan kehidupan
sehari-hari terpenuhi, misalnya kalau ada anggota yang kesulitan bayar SPP.
Jadi mereka tak hanya bergerak di bidang politik, tapi juga bidang-bidang
lain. Nah, kelompok inilah yang kemudian menamakan diri sebagai Tarbiyah
yang bermarkas di kampus-kampus seperti Unesa dan sebagainya. Kelompok
Tarbiyah inilah yang menjadi cikal bakal PKS (Partai Keadilan Sejahtera).
Mereka umumnya alumni Mesir, Syiria atau Saudi. Kelompok ini masih agak
moderat karena masih mau menerima negara nasional. Tapi substansi perjuangan
formalisasi syariat sama dengan Hizbut Tahrir atau Salafy.

Kalau dalam ideologi khilafah Islamiyah?

Hizbut Tahrir katemu dengan Salafy dan Ikhwanul Muslimin dalam soal
formalisasi syariat. Tapi dari segi sistem khilafahnya tidak ketemu. Sebab
khilafah Islamiyah itu dianggap utopia. Misalnya bagaimana denganya sistem
Syuronya, apakah meniru sistem Turki Utsmani yang diktator atau Umayah, itu
masih problem. Tapi bagi Hizbut Tahrir yang penting khilafah Islamiyah.

Apa saja program Hizbut Tahrir?

Mereka sampai kini punya konstitusi yang terdiri dari 187 pasal. Dalam
konstitusi ini ada program-program jangka pendek. Yaitu dalam jangka 13
tahun, menurut Taqiuddin, sejak berdiri 1953, Negara Arab itu sudah harus
jadi sistem Islam dan sudah ada khalifah. Taqiuddin juga menarget, setelah
30 tahun dunia Islam sudah harus punya khalifah. Tapi kalau kita hitung
sejak tahun 1953 sampai sekarang kan tidak teralisir.he..he..he.. Jadi
utopia, tapi mereka masih semangat.

Bagaimana sejarah Hizbut Tahrir ke Indoneisia?

Itu melalui orang Libanon. Namanya Abdurrahman Al-Baghdadi. Ia bermukim di
Jakarta pada tahun 80-an. Kemudian juga dibawa Mustofa bin Abdullah bin Nuh.
Inilah yang mendidik tokoh-tokoh HTI di Indonesia seperti Ismail Yusanto,
tokoh-tokoh Hizbut Tahrir sekarang. Tapi sebenarnya diantara mereka ada
friksi. Karena tokoh-tokoh HTI yang sekarang merasa dilangkahi oleh Ismail
Yusanto ini.

Bagaimana gerakan mereka di Indonesia?

Ini anehnya. Di Indonesia mereka terus terang menganggap Pancasila jahiliah.
Nasionalisme bagi mereka jahiliah. Tapi reformasi kan memberi angin kepada
kelompok-kelompok ini sehingga dibiarkan saja. Dan tidak ada dialog.
Akhirnya mereka memanfaatkan institusi (seolah-olah) “mendukung” pemerintah
untuk mempengaruhi MUI (Majelis Ulama Indonesia). Tapi mereka taqiah
(menyembunyikan agenda perjuangan aslinya), sebab mereka menganggap
Indonesia itu sebenarnya jahiliah. Taqiah itu ideologi Syiah tapi dipakai
oleh mereka.

Boleh Cium Perempuan Bukan Muhrim

Lalu bagaima cara Hizbut Tahrir merealisasikan kepentingan politiknya?
Meski bernama partai, Hibut Tahrir, tak bisa ikut pemilu. Hizbut Tahrir
membentuk beberapa tahapan dalam menuju pembentukan khilafah Islamiah.
Pertama, taqwin asyakhsyiah islamiah, membentuk kepribadian Islam.
Mereka pakai sistem wilayah, karena gerakan mereka internasional. Jadi untuk
Indonesia wilayah Indonesia. Tapi sekarang pusatnya tak jelas, karena di
negaranya sendiri sangat rahasia. Mereka dikejar-kejar karena Hizbut Tahrir
ini organisasi terlarang. Tapi mereka sudah ada di London, Austria, di
Jerman dan sebagainya.

Siapa tokoh internasionalnya itu?

Nah itu rahasia. Tapi di sini mereka terbuka karena Indonesia memberi
peluang. Ada Ismail Yusanto dan sebagainya, jadi bisa muncul di media massa.
Nah, dari taqwin syahsyiah islamiah ini bagaimana bisa mengubah ideologi
nasionalis menjadi internasionalis Islam. Mereka agresif, jadi terus
menyerang. Karena itu orang-orang NU didatangi, termasuk kiai-kiainya
didatangi oleh mereka.

Kedua, attau’iyah, penyadaran.

Ketiga, at-ta’amul ma’al ummah, interaksi dengan masyarakat secara
keseluruhan. Mereka membantu kepentingan-kepentingan. Saya dengar di
Surabaya, di Unair dan ITS saja, dalam urunan mereka bisa menghasilkan uang
Rp 30 juta tiap bulan.

Keempat, harkatut tatsqif, gerakan intelektualisasi.

Ini diajari bagaimana menganalisa hubungan internasional, mempelajari
kejelekan-kejelekan ideologi kapitalisme. Pokoknya yang ideologi modern itu
mereka serang semua. Mereka melontarkan Islam sebagai solusi atau
alternatif.

Ini beda dengan Ikhwanul Muslimin dan Tarbiah Islamiah yang kemudian
menjelma sebagai PKS. Sebab Ikhwanul Muslimin agak fleksibel. Kasus di
Syria, di bawah Mustofa as-Syiba’i, ketika ideologi pemerintahannya
sosialisme, mereka ikut sosialis. Ia mencari landasan hukum bahwa sosialisme
itu benar menurut Islam. Maka Mustofa as-Syiba’i menulis buku Istiroqiyah
Islamiah, jadi sosialisme Islam.

Tapi Hizbut Tahrir di Indonesia kan pendukung PKS?

Kalau dukungan iya, tapi secara formal mereka tidak. Ya, mungkin ada
kesamaan dalam perjuangan yang terbatas.
Lalu tahapan apalagi?

Yang terakhir, at-taqwin daulah islamiah, membentuk Negara Islam. Sarananya
apa? Biwasailil jihad, dengan sarana jihad. Jadi bagi negara nasional,
gerakan mereka, menurut saya, bahaya. Karena gerakan selanjutnya adalah
istilamul hukmi, merebut kekuasaan.

Meskipun utopia tapi kalau mereka pakai cara-cara kekerasan, kan berat.
Karena mereka didoktrin dan pengikutnya muda-muda semua. Misalnya, mahasiswa
semester 2 atau 3. Bahkan santri saya datang ke saya, ia bilang diajak
Hizbut Tahrir. Saya persilakan. Tapi saya sendiri pernah diprotes oleh
Hizbut Tahrir.

Kenapa?

Saya kan pernah bilang, bahwa pendapat ijtihadi Hizbut Tahrir ada yang
kontroversial. Misalnya pendapat fiqhnya menyatakan bahwa anggota Hizbut
Tahrir itu sebenarnya boleh non-muslim. Ini kan kontroversi. Kemudian,
menurut Hizbut Tahrir, perempuan boleh jadi anggota parlemen. Kalau di Arab
ini kontroversi. Lalu juga – menurut Hizbut Tahrir – boleh melihat film
porno. Kemudian, ini yang menarik, menurut Hizbut Tahrir, boleh mencium
perempuan bukan muhrim, baik syahwat maupun tidak syahwat. Begitu juga
salaman dengan perempuan, boleh.
Tapi mereka (aktivis Hizbut Tahrir) membantah. Waktu di NU Centre, mereka
membantah karena saya menyatakan menurut paham Hizbut Tahrir boleh salaman
dengan perempuan bukan muhrim. Mereka tanya, masak Hizbut Tahrir membolehkan
ciuman dengan cewek bukan muhrim. Padahal setelah saya lihat dalam buku
mereka ini (Imam Ghazali Said menunjukkan buku) memang boleh.
Berikutnya, perempuan boleh berpakaian celana yang untuk kawasan Timur
Tengah dianggap kontroversi. Juga boleh orang kafir menjadi panglima di
Negara Islam, bahkan jadi khalifah sekalipun, asal dia taat pada
undang-undang Islam. Kemudian juga boleh umat Islam membayar jizyah (pajak)
kepada Negara kafir dalam kondisi umat Islam belum kuat.

Respon mereka?

Lha, ini nggak benar, kata mereka. Kata mereka, yang bicara begini ini harus
Hizbut Ttahrir. Lalu saya bilang, saya kan punya data autentik. Ini tulisan
syaikh Anda sendiri, Taqiuddin Nabhani (pendiri Hizbut Tahrir). Daulah
Islamiyah. Saya sebagai guru kan tak boleh bohong. Sekarang mahasiswa tak
bisa dibohongi. Mereka bisa akses informasi kemana-mana sehingga kita tak
bisa nutup-nutupi. Katanya mereka (aktivis Hizbut Tahrir) mau kesini, mau
lihat buku ini. Saya bilang boleh, tapi cukup difoto kopi. Kalau buku ini
dibawa jangan, nanti hilang.

Apa kira-kira dasar Hizbut Tahrir membolehkan cium cewek segala itu?
Di sini tak dijelaskan alasannya. Tapi perkiraan saya agar orang Islam dapat
dukungan dalam mendirikan khilafah, maka tak boleh terlalu ketat. Tapi
menurut saya sampai sekarang belum ada tanda-tanda mereka akan bisa
mendirikan khilafah. Karena kalau terlalu ketat mereka tak bisa mendapat
dukungan internasional. Padahal mereka orientasinya internasional. Karena
itu kampanye mereka sekarang tidak boleh mengkafirkan sesama muslim. Padahal
ideologinya mereka kafirkan. Nasionalisme mereka kafirkan.

Abu Jahal juga Berjenggot dan Bersorban

Pengurus DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jawa Timur dan DPD II Surabaya
kemarin silaturahim ke redaksi HARIAN BANGSA. Mereka mengklarifikasi
beberapa pernyataan KH Imam Ghozali Said. Mereka yang kemarin ditemui
jajaran redaksi terlibat dialog secara intensif dan gayeng. Beberapa kali
terdengar ger-geran. Bagaimana tanggapan mereka? Tunggu saja. Redaksi akan
menurunkan tanggapan mereka setelah wawancara dengan Imam Ghazali Said usai.
Berikut ini lanjutan wawancara dengan Imam Ghazali Said.

Bagaimana pandangan mereka soal fiqh?

Ada pemikiran begini. Apakah negara yang pakai sistem jahiliah itu perlu
fiqh. Padahal fiqh itu adalah hukum Islam yang harus dilaksanakan dalam
pemerintahan yang Islam. Ini terjadi perdebatan antara Sayid Qutub dan Wahba
Suhairi. Dr Wahba ini orang Syria yang kitabnya jadi kutub muktabarah di NU.
Dalam ICIS tempo hari Wahba ini datang. Sayid Qutub ini asalnya kan seorang
hakim. Tapi, ketika dia masih jadi hakim ia masih menganggap penting sistem
khlafah.

Menurut Sayid Qutub dan Taqiuddin Nabhani, fiqh tidak perlu dipelajari atau
dipraktikkan sepanjang suatu negara belum melaksanakan sistem Islam. Sedang
Wahba Suhairi menganggap bahwa fiqh adalah suatu keniscayaan. Ini jadi
polemik. Menurut Wahba, orang Islam harus belajar fiqh, baik negaranya Islam
maupun tidak Islam. Jadi menurut Wahba tidak hanya sistem pemerintahan saja,
tapi bagaimana orang nikah, orang salat, muamalah, semua itu kan fiqh yang
ngatur. Tapi menurut Sayid Qutub dan Taqiuddin Nabhani tidak perlu itu. Yang
penting bagaimana memperjuangkan menegakkan pemerintahan Islam, baru setelah
itu fiqh. Karena itu meski buku-buku atau tulisan Sayid Qutub banyak tapi
tak ada fiqhnya. Semua buku-buku dia bernuansa politik. Misalnya pertarungan
Islam dan kapitalisme dan sebagainya.

Dari penjelasan Anda ini tampak bahwa aktivis HTI sendiri kemungkinan banyak
yang belum paham tentang pemikiran Taqiuddin Nabhani sebagai pendirinya?
Begini. Mereka itu ada jubirnya, jadi informasi dan pemikiran yang keluar
diatur. Jadi referensi mereka tidak terbuka.

Berarti ada beberapa pemikiran yang disembunyikan bagi pengikutnya?

Ya, padahal kondisi sekarang kan sudah tidak bisa model begitu. Seperti saya
kan tidak bisa mengelabuhi mahasiswa saya. Karena mahasiswa saya bisa
mengakses literatur primer. Kecuali anggotanya bodoh-bodoh. Kan kasihan
kalau anggotanya bodoh-bodoh. Karena itu ketika saya menyampaikan informasi
yang benar dari sumber primer lalu dikira keliru oleh mereka. Ya, ndak bisa,
wong saya punya sumber primer. Mereka katanya mau melihat sumber primer ini.

Maksudnya sengaja disembunyikan?

Bisa saja dianggap aib dan kalau itu dimunculkan pasarnya bisa tidak laku.
Karena itu disembunyikan. Tapi pada era sekarang mana bisa disembunyikan.
Lha,wong, di tiga negara, di Libanon, Syria dan Yordan, Hizbut Tahrir itu
jadi organisasi terlarang. Di Mesir juga jadi organisasi terlarang karena
mau menggulingkan pemerintahan yang sah. Jadi mereka gampang terseret pada
aksi kekerasan. Karana itu anak-anak muda NU jangan mudah terprovokasi ikut
mereka.

Tapi dalam hal-hal tertentu kan ada juga beberapa kesamaan dengan NU?

Ya, mungkin ada kesamaan. Qur’annya satu, Nabinya satu (Muhammad), karena
itu kita tak bisa saling menyesatkan sebab masing-masing punya pandangan
keagamaan yagn berbeda. Jadi ada hal yang sama dan ada hal yang beda.
Artinya, bidang-bidang yang dikerjakan NU ya serahkan kepada NU, sedang
bidang-bidang bagian mereka ya serahkan mereka. Ini tidak akan berbenturan.
Jadi jangan mencaplok. Sudahlah yang bagian khilafah sampean (Hizbut
Tahrir), carilah pengikut tapi jangan di NU. Mestinya orang-orang kafir
diupayakan jadi basis pendukung, misalnya.

Kalau kelompok Salafy?

Mereka bergerak dalam bidang pendidikan. Misalnya LPBA (Lembaga Pendidikan
Bahasa Arab) yang sekarang menjadi Lembaga Ilmu Keislaman cabang dari
Jamiatul Imam Riyadh. Ini dibiayai dari sana sangat besar. Sebenarnya
orang-orang seperti Ulil (Ulil Abshar Abdalla, red), Imdad dan sebagainya
alumni LPBA ini. Lah, mereka ketemu dengan Rofik Munawar yang dulu ketua PKS
Jawa Timur. Anis Matta (sekjen PKS) itu juga teman Ulil di LPBA. Mereka dulu
alumni situ. Hanya saja ada yang kemudian terbawa dan larut dalam salafy
seperti Anis Mattta, tapi ada yang nggak, ya kayak Ulil itu. Kalau Anis
Matta terbawa Salafy tapi pola politiknya ikut Ikhwanul Muslimin.
Kelompok Salafy ini sangat puritan. Jadi tahlilan, dibaan, ziarah kubur,
mereka sangat tidak mau. Mereka menganggap itu syirik. Nah, disinilah, dalam
bidang peribadatan itu, kelompok PKS ketemu dengan Salafy.

Sedang orang-orang seperti Ulil, Imdad dan anak-anak pesantren yang sekolah
di LPBA melakukan pemberotakan. Mereka menganggap (paham Salafy) itu tak
cocok dengan budaya saya (Ulil cs) yang NU. Akhirnya mereka melanjutkan ke
ilmu-ilmu filsafat, sosial dan sebagainya, termasuk belajar ke Magnez Suseno
di Driyarkara. Kemudian berkomunikasi dengan Nurcholis Madjid, ketika
Nurcholis masih ada (hidup). Nah, dalam diri Ulil cs ini kemudian
terbentuklah suatu sosok yang berasal dari pola radikal (Salafy), ketemu
dengan ilmu-ilmu sosial, ketemu dengan Nurcholis Madjid, ketemu dengan Gus
Dur dan sebagainya. Jadi mereka ini meramu dari berbagai unsur itu sehingga
jadilah orang seperti Ulil, Hamid Basyaib, Luthfi Syaukani, Muqsith dan
sebagainya.

Apa ada kesamaan dalam soal simbol-simbol pakaian di antara mereka?

Ya, memang ada kesamaan, baik kelompok Hizbut Tahrir, Tarbiah (PKS) maupun
Salafy. Misalnya pakai celana cingkrang, berjenggot dan sebagainya. Tapi
semua kelompok ini sama menyerang NU.
O, ya bagaima sebenarnya sebenarnya soal pakaian itu menurut Islam?
Menurut mereka, Nabi itu jenggotan. Abdul Aziz, tokoh Salafy, itu menulis
tentang membiarkan jenggot. Menurut dia, kalau orang mencukur jenggot
dianggap tabi’ul hawa, mengikuti hawa nafsu. Jadi menurut mereka memahami
sunnah Rasul itu apa saja diikuti, termasuk cara berpakaian.

Tapi kalau NU kan tidak begitu cara memahami sunnah Rasul. Paling tidak, NU
terdidik memahami sunnah Rasul itu dalam arti substantif, misalnya soal
peribadatan. Tapi kalau soal pakaian kalangan NU yang terdidik menganggap
itu sebagai budaya. Misalnya soal sorban. Nabi memang bersorban tapi harus
diingat Abu Jahal dulu juga sorbanan.

Begitu juga soal jenggot. Kalangan NU terdidik menganggap itu sebagai
budaya. Karena Abu Jahal pun juga jenggotan. Masak orang nggak punya jenggot
disuruh memelihara jenggot. Ada orang yang jenggotnya hanya tiga helai atau
tiga lembar itu disuruh pelihara..kan lucu.ha.ha.ha.

Kalau soal celana mereka yang cingkrang?

Kan ada dalam hadits Nabi bahwa kalau pakaian orang itu nglembreh ke kakinya
dianggap huyala, sombong. Padahal dulu pakaian Abu Bakar juga ngelembreh,
panjang ke bawah tapi tidak dianggap sombong. Waktu itu Abu Bakar tanya,
apakah saya ini juga dianggap sombong karena pakaian saya ngelembreh. Lalu
dijawab, o, tidak, karena Abu Bakar memang tidak sombong, meski pakaiannya
nglembreh. Karena tubuh Abu Bakar kurus, jadi sudah wajar kalau pakaiannya
dipanjangkan sampai nglembreh.

Karena itu menurut kalangan NU, pakaian itu dianggap sebagai budaya. Masak
orang pakai kopyah hitam dianggap bid’ah hanya karena Nabi tak pernah pakai
kopyah hitam. Kan waktu itu belum ada perusahaan kopyah Gresik ha.ha..
Nah, disini lalu semua menyerang NU. Jadi mereka semua, Hizbut Tahrir,
Tarbiyah dan Salafy itu sama menyerang NU. Menurut mereka, yang dimaksud
ahlussunnah itu adalah versi Ibnu Taymiah, bukan paham versi Asy’ari. Dalam
buku-buku mereka paham Asy’ari itu dianggap sesat. Padahal NU kan menganut
paham Asy’ari.

Jihad untuk Negara Nasional

Ada yang berpendapat,kalau niat mereka untuk dakwah, kenapa mereka kok tidak
merekrut komunitas lain yang belum beragama, misalnya. Kalau jamaah NU kan
hasil jerih payah para wali songo dan ulama kultural, kenapa mereka tidak
cari kreasi sendiri agar tidak menimbulkan konflik sesama umat Islam?
Ya, karena mereka mau mengislamkan orang Islam. Jadi kita yang sudah Islam
ini harus diislamkan lagi.ha.ha..

Jadi iman umat Islam masih perlu diadili. Berarti mereka merasa paling
Islam?

O, ya, mereka memang merasa paling Islam. Karena itu harus kita pahami itu.
Kalau sikap saya tetap harus moderat. Sepanjang mereka tidak menyerang kita
ya kita nggak apa-apa. Tapi mereka menyerang kita, ya kita harus melawan.
Karena itu di beberapa tempat seperti di NTT, Jember, kita lawan karena
mereka sudah menyerang kita. Di Purwokerto misalnya orang NU dianggap sesat.
Saya kan kesana, orang NU di sana dianggap dlalal finnar, masuk
neraka.ha..ha.. ya kelompok Salafy itu. Jadi yang menyerang NU dalam
peribadatan itu kelompok Salafy, sedang yang menyerang NU dari segi politik
kelompok Hizbut Tahrir dan Tarbiyah (PKS). Jadi orang NU itu harus sadar,
bahwa sekarang mereka diserang dari berbagai arah.

Jadi secara paradigmatik maupun aksi memang beda sekali dengan NU?

Sejak Gus Dur mimpin NU kan membuka cakrawala baru di kalangan anak-anak
muda NU. Gus Dur mengevaluasi bahwa formalisasi syariat ternyata selalu
gagal, karena itu Gus Dur membuka wacana baru Islam sebagai etika soial. Dan
ini kemudian menjadi gaung NU sampai sekarang, walau belakangan NU diutik
dengan formalisasi syariat. Tapi Pak Hasyim Muzadi dalam berbagai wawancara
menyatakan tidak memperjuangkan Islam seperti teksnya tapi yang
diperjuangkan adalah ruhnya. Bisa saja KUHP seperti sekarang tapi ruh Islam
ada di situ. Nah, dalam hal ini pengaruh Gus Dur sangat besar.
Tapi di struktural NU sekarang kan dilakukan pembersihan terhadap
kelompok-kelompok Gus Dur. Di Lakpesdam, Imdad (M Imaduddin Rahmat, red)
bilang kepada saya bahwa dia hanya ditaruh sebagai pemimpin redaksi
Tashwirul Afkar. Tapi di struktur Lakpesdam ia sudah tak masuk.

Tapi untuk membersihkan orang-orang Gus Dur secara total tidak bisa. Karena
pengurus NU yang pandai-pandai adalah “didikan” Gus Dur. Paling tidak,
secara visi keagamaan sama karena sebelumnya pernah lama berinteraksi dengan
Gus Dur. Misalnya Endang Turmudzi, Sekjen PBNU. Dia kan orang LIPI. Kemudian
Nazaruddin Umar, Katib Aam Syuriah. Nah, ketika berhubungan dengan dunia
internasional, kelompok-kelompok “didikan” Gus Dur inilah yang bisa
berkomunikasi. Jadi meski mereka ini dibenci tapi tetap dibutuhkan. Misalnya
ada Masdar dan sebagainya. Dan mereka inilah yang mengerti persoalan yang
dihadapi NU ke depan dalam menghadapi kelompok-kelompok Islam radikal itu.

Bisa dijelaskan soal NU dalam kontek negara nasional?

NU fiqh mainded. Fiqh siyasi (politik) di NU kurang berkembang. Fiqh yang
dikembangkan NU adalah fiqh dalam kontek negara nasional. Ketika Kiai Hasyim
Asy’ari (pendiri NU, red) mengeluarkan fatwa resolusi jihad Negara Indonesia
dalam kondisi bukan negara agama. Karena saat itu kalimat menjalankan
syariat Islam sudah dihapus kemudian Belanda datang lagi akhirnya Kiai
Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa jihad. Jadi Negara yang dipertahankan
waktu itu negara “sekuler” kan. Jadi NU tak bisa lepas dari negara
nasionalis atau sebagai nasionalis. Nah, fatwa jihad Kiai Hasyim itu
merupakan fatwa pertama di dunia Islam yang mempertahankan negara
nasionalis. Belum ada ketika itu ulama yang berfatwa kewajiban jihad untuk
mempertahankan Negara nasionalis. Jadi Kiai Hasyim Asy’ari itu pelopor
pertama.

Apa kira-kira dasar pemikirannya?

Mungkin bagi Kiai Hasyim yang terpenting Indonesia merdeka dulu. Apalagi
bangsa Indonesia mayoritas umat Islam. Ini yang harus diutamakan. Jadi Kiai
Hasyim membuat fatwa untuk mengusir penjajah dan mempertahankan negara
nasional. Nah, ini bagi wacana pemikiran internasional seperti orang-orang
yang menginginkan sistem kahalifah kontroversi.
Perjuangan NU berikutnya, dalam sejarahnya, seluruhnya selalu terkait dengan
negara. Soekarno, misalnya, diberi gelar waliyul amri dlaruri bissyaukah.
Jadi pemerintah darurat yang mempunyai kekuatan. Ini asalnya kan diberi oleh
konfrensi ulama di Cipanas 1954. Kemudian pada 1956 oleh NU dianggap sah.
Ini artinya apa? Karena dikaitkan dengan fiqh? Sebab perempuan yang tidak
punya wali dalam pernikahan walinya harus Sulthon. Padahal hadits as-sultonu
waliyu man laa waliya lah. Sulthon itu adalah wali bagi orang yang tak punya
wali. Kalau Sulthon ini tidak diberi legitimasi sesuai syariat kan tidak sah
Sulthon ini. Jadi ini terkait dengan fiqh maka negara walau sekuler harus
diakui sah menurut syariah. Nah, cara berpikir ini saya kira cerdas. Kalau
nggak gimana. Sulthon itu siapa, padahal kalau orang kawin harus mencatatkan
diri ke situ. Nah, itulah NU.

Tapi ini kemudian disalahpahami oleh kelompok Islam modernis. Dikira NU itu
oportunis pada negara karena memberi legitimasi. Padahal sebenarnya ini
terkait dengan fiqh.

Faktor lain?

Faktor kedua memang pada tahun 50-an itu Kartosuwirjo sedang mengadakan
pemberontakan. Nah, pemberian gelar waliyul amri dlaruri bissyaukah itu
sebagai legitimasi pada Soekarno agar bisa mengatasi gerakan pemberontakan
itu. Tapi inti NU itu sebenarnya pada fiqh urusan perkawinan tadi itu, bukan
pada fiqh siyasahnya (politik). Selanjutnya perjuangan NU terus berkait
dengan negara nasionalisme. Ini yang harus dipahami oleh kelompok-kelompok
baru ini seperti Hizbut Tahrir dan sebagainya itu.

NU Dianggap Masuk Neraka

Dalam edisi kemarin ada beberapa nama dan kutipan salah tulis. Misalnya di
situ tertulis Dr Wahba Suhairi. Yang benar adalah Dr Wahbah Zuhaily. Begitu
juga Sayid Qutub tertulis sebagai hakim. Yang benar, Taiqiuddin an-Nabhani
asalnya seorang hakim, sedang Sayid Qutub seorang sastrawan. Redaksi mohon
maaf kepada Pembaca. Pembetulan ini sekaligus sebagai ralat. Berikut
lanjutan wawancara dengan KH Imam Ghozali Said, MA.

Ada yang berpendapat,kalau niat mereka untuk dakwah, kenapa mereka kok tidak
merekrut komunitas lain yang belum beragama, misalnya. Kalau jamaah NU kan
hasil jerih payah para wali songo dan ulama kultural, kenapa mereka tidak
cari kreasi sendiri agar tidak menimbulkan konflik sesama umat Islam?
Ya, karena mereka mau mengislamkan orang Islam. Jadi kita yang sudah Islam
ini harus diislamkan lagi.ha.ha..

Jadi iman umat Islam masih perlu diadili. Berarti mereka merasa paling
Islam?

O, ya, mereka memang merasa paling Islam. Karena itu harus kita pahami itu.
Kalau sikap saya tetap harus moderat. Sepanjang mereka tidak menyerang kita
ya kita nggak apa-apa. Tapi mereka menyerang kita, ya kita harus melawan.
Karena itu di beberapa tempat seperti di NTT, Jember, kita lawan karena
mereka sudah menyerang kita. Di Purwokerto misalnya orang NU dianggap sesat.
Saya kan kesana, orang NU di sana dianggap dlalal finnar, masuk
neraka.ha..ha.. ya kelompok Salafy itu. Jadi yang menyerang NU dalam
peribadatan itu kelompok Salafy, sedang yang menyerang NU dari segi politik
kelompok Hizbut Tahrir dan Tarbiyah (PKS). Jadi orang NU itu harus sadar,
bahwa sekarang mereka diserang dari berbagai arah.

Jadi secara paradigmatik maupun aksi memang beda sekali dengan NU?
Sejak Gus Dur mimpin NU kan membuka cakrawala baru di kalangan anak-anak
muda NU. Gus Dur mengevaluasi bahwa formalisasi syariat ternyata selalu
gagal, karena itu Gus Dur membuka wacana baru Islam sebagai etika soial. Dan
ini kemudian menjadi gaung NU sampai sekarang, walau belakangan NU
diutik-utik dengan formalisasi syariat. Tapi Pak Hasyim Muzadi dalam
berbagai wawancara menyatakan tidak memperjuangkan Islam seperti teksnya
tapi yang diperjuangkan adalah ruhnya. Bisa saja KUHP seperti sekarang tapi
ruh Islam ada di situ. Nah, dalam hal ini pengaruh Gus Dur sangat besar.
Tapi di struktural NU sekarang kan dilakukan “pembersihan” terhadap
kelompok-kelompok Gus Dur. Di Lakpesdam, misalnya, Imdad (M Imdaduddin
Rahmat, red) bilang kepada saya bahwa dia hanya ditaruh sebagai pemimpin
redaksi Jurnal Tashwirul Afkar. Tapi di struktur Lakpesdam ia sudah tak
masuk.

Tapi untuk membersihkan orang-orang Gus Dur secara total tidak bisa. Karena
pengurus NU yang pandai-pandai adalah “didikan” Gus Dur. Paling tidak,
secara visi keagamaan sama karena sebelumnya pernah lama berinteraksi dengan
Gus Dur. Misalnya Endang Turmudzi, Sekjen PBNU. Dia kan orang LIPI. Kemudian
Nazaruddin Umar, Katib Aam Syuriah. Nah, ketika berhubungan dengan dunia
internasional, kelompok-kelompok “didikan” Gus Dur inilah yang bisa
berkomunikasi. Jadi meski mereka ini dibenci tapi tetap dibutuhkan. Misalnya
ada Masdar (KH Masdar Faid Mas’udi, Red) dan sebagainya. Dan mereka inilah
yang mengerti persoalan yang dihadapi NU ke depan dalam menghadapi
kelompok-kelompok Islam radikal itu.

Bisa dijelaskan soal NU dalam kontek negara nasional?

NU fiqh minded. Fiqh siyasi (politik) di NU kurang berkembang. Fiqh yang
dikembangkan NU adalah fiqh dalam kontek negara nasional. Ketika Kiai Hasyim
Asy’ari (pendiri NU, red) mengeluarkan fatwa resolusi jihad, Negara
Indonesia dalam kondisi bukan negara agama. Karena saat itu kalimat “
menjalankan syariat Islam..” sudah dihapus. Kemudian Belanda datang lagi
akhirnya Kiai Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa jihad. Jadi Negara yang
dipertahankan waktu itu negara “sekuler” kan. Jadi NU tak bisa lepas dari
negara nasionalis atau sebagai nasionalis. Nah, fatwa jihad Kiai Hasyim itu
merupakan fatwa pertama di dunia Islam yang mempertahankan negara
nasionalis. Belum ada ketika itu ulama yang berfatwa kewajiban jihad untuk
mempertahankan Negara nasionalis. Jadi Kiai Hasyim Asy’ari itu pelopor
pertama.

Apa kira-kira dasar pemikirannya?

Mungkin bagi Kiai Hasyim yang terpenting Indonesia merdeka dulu. Apalagi
bangsa Indonesia mayoritas umat Islam. Ini yang harus diutamakan. Jadi Kiai
Hasyim membuat fatwa untuk mengusir penjajah dan mempertahankan negara
nasional. Nah, ini bagi wacana pemikiran internasional – seperti orang-orang
yang menginginkan sistem khalifah – kan kontroversi.

Begitu juga perjuangan NU berikutnya, dalam sejarahnya, seluruhnya selalu
terkait dengan negara. Soekarno, misalnya, diberi gelar waliyul amri dlaruri
bissyaukah (pemerintah darurat yang mempunyai kekuatan). Ini asalnya kan
diberi oleh konfrensi ulama di Cipanas 1954. Kemudian pada 1956 oleh NU
dianggap sah. Ini artinya apa? Karena dikaitkan dengan fiqh. Sebab perempuan
yang tidak punya wali dalam pernikahan walinya harus Sulthon. Dasarnya
adalah hadits as-sultonu waliyu man laa waliya lah. Sulthon itu adalah wali
bagi orang yang tak punya wali. Kalau Sulthon ini tidak diberi legitimasi
sesuai syariat kan tidak sah Sulthon ini. Jadi ini terkait dengan fiqh, maka
negara walau sekuler harus diakui sah menurut syariah. Nah, cara berpikir
ini saya kira cerdas. Kalau nggak gimana nasib perkawinan itu. Sulthon itu
siapa, padahal kalau orang kawin harus mencatatkan diri ke situ. Nah, itulah
NU.

Tapi ini kemudian disalahpahami oleh kelompok Islam modernis. Dikira NU itu
oportunis pada negara karena memberi legitimasi. Padahal sebenarnya ini
terkait dengan fiqh.
Faktor lain?
Faktor kedua memang pada tahun 50-an itu Kartosuwirjo sedang mengadakan
pemberontakan. Nah, pemberian gelar waliyul amri dlaruri bissyaukah itu
sebagai legitimasi pada Soekarno agar bisa mengatasi gerakan pemberontakan
itu. Tapi inti NU itu sebenarnya pada fiqh urusan perkawinan tadi itu, bukan
pada fiqh siyasahnya (politik). Selanjutnya perjuangan NU terus berkait
dengan negara nasionalisme. Ini yang harus dipahami oleh kelompok-kelompok
baru seperti Hizbut Tahrir dan sebagainya itu.

Siapa Amir-nya di Indonesia?

Dengan demikian, bisa dijelaskan perbedaan antara NU dan HTI?
Ya. NU berdiri tahun 1926 dalam proses menuju pembentukan negara Indonesia.
Sedang Hizbut Tahrir (HT) berdiri ketika nation state di tempat ia berdiri
telah terbentuk, yaitu tahun 1953. Dari segi latar belakang waktu yang
berbeda ini, dipahami bahwa sejak awal NU memberi saham besar terhadap
pembentukan nation state yang kemudian menjadi negara Indonesia merdeka.
Sedang HT berhadapan dengan negara yang sudah terbentuk. Maka wajarlah, jika
HT menganggap bahwa nasionalisme itu sebagai jahiliyah. Karena mereka anggap
menjadi penghalang dari pembentukan internasionalisme Islam, apalagi
nasionalisme tersebut tidak memberlakukan syariat Islam dan lebih banyak
mengadopsi sistem hukum sekuler Barat.

NU menerima sistem hukum penjajah dalam keadaan darurat. Karena negara tidak
boleh kosong dari hukum. Selanjutnya, NU berjuang agar hukum yang berlaku di
negara ini bisa menjadikan fikih sebagai salah satu sumber dari hukum
nasional kita. Dari situ, NU ikut ambil saham dalam penerapan UU Perkawinan
dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang saat ini berlaku di Indonesia.
Tentu HT belum punya saham dalam memperjuangkan hukum Islam di negara
nasional ini, sehingga tidak logis jika HT langsung menentang negara
nasional ini gara-gara tidak memberlakukan syariah Islam secara kaffah.
Jadi, perjuangan NU dalam menegakkan syariah baik sebagai etika sosial
maupun sebagai hukum formal tidak bisa diletakkan di luar NKRI. Karena NKRI
ini didapat dengan perjuangan para syuhada yang gugur pada prakemerdekaan
maupun pascakemerdekaan. Pendek kata, NU tidak bisa terpisah dari negara
nasional ini.

Mestinya, suatu ormas dapat diakui legal di negara ini harus terdaftar di
Depkum HAM. Apakah ini berlaku bagi HTI?

Nah itu masalahnya. Saya tidak tahu. Yang jelas, HTI dapat leluasa melakukan
kegiatan pascareformasi. Tapi jika dilihat dari semua kegiatan yang
dilakukan, tampaknya HTI belum mengantongi izin sebagai ormas. Karena jika
nanti dipelajari tujuan berdirinya ormas ini oleh pemerintah, pasti ormas
ini dilarang karena menentang konstitusi negara. Hal seperti itu yang
terjadi di Yordan, Syiria, Libanon, Malaysia, dan lain-lain. Jadi, HT di
semua negara itu menjadi organisasi bawah tanah.

Indikator ini tampaknya ada di Indonesia. Buktinya, tidak jelas siapa
Amirnya. Yang tampak itu Ismail Yusanto sebagai juru bicara. Atau di Jawa
Timur itu siapa Amirnya? Yang kelihatan dr Usman sebagai humas atau
jubirnya. Jabatan ketua DPD I, DPD II HTI, itu sebenarnya kamuflase untuk
mengelabui agar diakui sebagai ormas yang legal. Kalau tujuannya menentang
konstitusi negara, bagaimana mungkin bisa diakui? Tapi saya tidak tahu.
Barangkali sudah mengantongi izin. Ini yang perlu dijelaskan oleh HTI dan
pemerintah.
Realitanya, sistem sel seperti yang terjadi di Yordan, Mesir, Sudan, dan
lain-lain juga berlaku di sini. Di sini mestinya pemerintah cermat. Namun
saya yakin, BIN sudah tahu masalah ini, tapi sengaja dibiarkan.
Semua yang saya jelaskan itu berdasarkan sumber-sumber primer tulisan
pendiri dan aktifis HT di Yordan, Palestina, Syiria, Libanon dan Mesir. Di
antaranya Al Daulah al Islamiyah karya Taqiyuddin Nabhani, Kaifa Huddimat al
Khilafah karya Abdul Qodim Zallum, dan lain-lain yang semuanya ada di
Perpustakaan An-Nuur.

Harapan Anda pada HTI dan NU?

Antara NU dan HTI itu memang ada perbedaan prinsip, tapi ada juga kesamaan.
Keinginan untuk melaksanakan ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan itu
sama antara keduanya. Hanya perbedaannya, adalah bagaimana cara
merealisasikannya. NU lebih realistis, sedang HTI utopis.
Lah, kapan khalifah seperti yang dicita-citakan itu akan muncul? Wong
prediksinya – yang katanya 30 tahun dari berdirinya HTI, sistem khalifah
akan terbentuk di seluruh dunia Islam. Buktinya mana? Di Yordan saja masih
jauh, apalagi di Indonesia.

Karena itu, hal-hal yang sama mestinya bergerak secara koordinatif. Obyek
dakwah yang sudah menjadi kaplingan NU, jangan diganggu. Apalagi itu
jelas-jelas masjidnya NU, lembaga pendidikan NU, dan lain-lain.

NU sendiri mestinya mampu merumuskan tujuan idealnya di negeri ini.
Sekaligus merumuskan langkah-langkah realistis untuk mencapai tujuan itu.
Dalam hal ini, kita bisa berguru pada HTI dengan empat marhalah perjuangan
HT yang populer itu. (takwin syakhsiyah islamiyah – pembentukan pribadi
islami, taw’iyah – penyadaran keislaman, tatsqif (intelekktualisasi), dan
takwinud daulah – pembentukan negara khilafah atau populer juga dengan
istilah taslimul hukm – merebut kekuasaan).

Ke depan, saya mengharap, HTI berhenti dan tidak mengganggu obyek-obyek
dakwah NU. Jika tidak, NU akan melawan.

Kalau begitu, HT tidak boleh mempunyai aset?

Ya pasti. Karena di Indonesia baru berkembang dan legalitasnya masih
dipertanyakan. Mungkin karena faktor inilah aktifis-aktifis HT memanfaatkan
toleransi warga NU sehingga masjid-masjidnya banyak dikuasai oleh HT. Remaja
Masjid Surabaya, misalnya, sudah dikuasai mereka.

RESOURCE : MILIS JIL

1 Response to "Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir Indonesia"

  1. walah jan... kok gitu ya? coba baca link http://khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=view&id=278&Itemid=2

    BalasHapus